Nasional, Bandung - Setiap tahun ada sekitar 240 ribu pasien yang membutuhkan operasi katarak di Indonesia. Namun dengan jumlah pertumbuhan pasien katarak baru sebanyak 250 ribu orang per tahun, yang baru bisa tertangani operasi sekitar 180 ribu orang. Tunggakan penanganan operasi katarak itu berdampak pada masalah baru, yakni kebutaan pada pasien.
Kementerian Kesehatan menyebutkan, besarnya backlog katarak disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata masih terbatas terutama di daerah-daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan.Fasilitas rumah sakit dan dokter spesialis mata pun belum memadai.
Hasil survei lembaga International Center of Eye Health di 15 provinsi di Indonesia pada populasi berusia 50 tahun lebih, angka prevalensi kebutaan tertinggi di Jawa Timur dengan 4,4 persen, dan terendah di Sumatera Barat dengan 1,4 persen. Survei itu juga mencatat, penyebab kebutaan sebanyak 64-95 persen akibat katarak.
"Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropis yang mendapatkan pancaran sinar ultraviolet (UV) lebih banyak, sehingga mempengaruhi daya tangkap mata," kata Menteri Kesehatan Nila Djuwita Farid Moeloek, Ahad, 5 Februari 2017.
Di sela perayaan 108 tahun Rumah Sakit Mata Cicendo di Bandung, Nila berharap lembaga tersebut bisa lebih banyak lagi menangani operasi pasien katarak. Institusi tersebut kini memiliki 10 ruang bedah.
Direktur Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo, Bandung, Irayanti mengatakan, institusinya setiap hari sibuk menangani ratusan pasien, sebagian diantaranya harus menunggu waktu operasi berhari-hari.
Pasien mata yang ke poliklinik bisa mencapai 600 orang per hari, 150 orang diantaranya berpenyakit mata akibat diabetes. Sementara pasien yang harus dioperasi kini harus antri dengan masa tunggu 7-15 hari. Kamar operasi dibuka hingga malam hari tidak lagi sampai pukul 15.00 WIB. “Sebelum 2015, daftar tunggu operasi bisa sampai 3 bulan,” kata Irayanti.
ANWAR SISWADI
Comments